Archive for March 2015

Pre-pernikahan (Tips)

Kali ini, aku pengen cerita-cerita sedikit tentang persiapan pernikahanku kemarin, supaya blog-nya nggak wasted begitu saja setelah pernikahan terlaksana. Aku sebenarnya nggak terlalu expert dalam hal merencanakan event sebesar ini, khususnya di bagian "keuangan".. my bank account isn't improved much after the wedding, hehe.., but we're trying to save as much as we can.. for the future sake.

Kalo ngomongin pernikahan, emang banyak banget faktor A-Z yang nggak mungkin bisa disama-ratakan antar pasangan. Tapi, pada dasarnya, sebelum cari-cari vendor, hal yang paling utama dan musti di-set dari awal adalah: menentukan "besar"-nya pesta pernikahan yang akan diadakan. Sangat mungkin sekali ada perbedaan persepsi antara calon pengantin dan orangtua calon pengantin (nah loh!). Kalau hal yang paling awal sudah ditentukan, pasti selanjutnya akan jauh lebih mudah.. soalnya akan menentukan besarnya budget, venue yang masuk budget, vendor yang bisa dipilih, dan lain-lain.
(sumber gambar: Events by Natasha)
Aku coba jabarkan ya satu-satu, mungkin ada lebih kurangnya.. boleh loh ditambahin dan dikoreksi kalo ada yang nggak sesuai dengan pengalaman kalian..

1. Menentukan besar kecilnya acara

Hal ini perlu rembukan antara calon pengantin dan orangtua calon pengantin, soalnya biasanya acaranya akan melibatkan "reputasi" dan kepentingan banyak pihak. Kalau semua pihak punya kepentingan undangan yang banyak, maka pestanya nanti tentu akan jadi besar. 

Kebetulan pestaku kemarin dipisah jadi dua acara, yang mana orangtuaku lebih banyak undangan di pesta adat, sedangkan orangtua Yos dan Yos+aku lebih banyak undangan di pesta nasional. Jadi, cukup leluasa menentukan jumlah undangan dan jadinya nggak terlalu maksain jadi pesta gede-gedean - walaupun ujung-ujungnya jadi dobel repotnya karena dua kali naik pelaminan, hehehe.

Lalu, penting juga untuk tahu darimana "sumber dana" berasal..

2. Sumber dana

Nah kalau "besar"nya pesta sudah terbayang, pasti langsung tau dong siapa yang punya peranan besar dalam sumbangsih jumlah undangan. Kalau misalnya ternyata calon pengantin lebih vokal dalam menentukan jumlah undangan (yang misalnya ternyata jumlah undangannya 3/4 dari jumlah keseluruhan), ya lebih baik tahu diri untuk mengeluarkan uang dari kantong sendiri :D

Masalah dana dan sumbernya memang masalah yang agak sensitif untuk dibahas secara blak-blakan, apalagi statusnya semua masih 'calon' (calon suami, calon istri, calon mertua, calon besan, dll). Namun, keterbukaan seyogyanya dimulai sedari awal, daripada di tengah-tengah persiapan nanti saling todong sana-sini untuk membayar vendor yang entah siapa yang memutuskan dan memesan di awal; suasananya pasti nanti jadi tidak enak dan awkward..

3. Menentukan target dan menabung

Ini termasuk hal yang sulit buat aku, karena aku tidak pandai menabung dari sejak dulu (haha.. jujur..). Uang pasti abis entah kemana.. makanya aku perlu menentukan target menabung tiap bulan, untuk tahu berapa jumlah uang yang bisa aku tabung hingga hari pernikahan. Dari nominal target tabungan itu, aku jadi tahu "kemampuan"-ku saat memilih vendor.

Aku bikin tabel di Ms. Excel (dengan pengetahuan basic formula, untung masih inget dikit-dikit dari belajar komputer saat SMP), dan langsung ketauan nominal di akhir masa menabung.. Lalu aku bikin list vendor secara lengkap, harga-harganya, dan aku update setiap kali tanda tangan kontrak dengan vendor baru.. Nah, pastinya bisa keliatan apakah tabunganku cukup atau enggak untuk membayar semua pengeluaran pernikahan. Kalau misalnya ternyata minus, ya mau nggak mau musti kompromi dengan cari vendor yang lebih murah.. atau kompromi dengan menambah jumlah menabung tiap bulannya. It's my choice! Puji Tuhan sih, nominalnya nggak pernah minus (malah surplus dan bisa dipake buat honeymoon).. hehe.. membuktikan sebenernya kalo aku mau, aku bisa menabung dengan disiplin :)

4. Pilih-pilih vendor

Jangan ragu untuk sebar email ke berbagai macam vendor! Awalnya sih aku orangnya nggak enakan gitu, jarang follow up, dan membiarkan email-emailku tak berbalas. Tapi seiring berjalannya waktu, dan semakin mepet karena belum banyak vendor yang konfirm, aku akhirnya sedikit-sedikit mereduksi rasa "nggak enakan" dan mulai melancarkan jurus untuk terus-terusan nanyain progress atau balasan email dari vendor.

Jangan ragu juga untuk memutuskan untuk nggak memakai vendor tertentu, walaupun mereka sudah menyodorkan kontrak dan meminta konfirmasi kita. Yos dan aku termasuk orang-orang yang suka salah tingkah kalau menolak orang, makanya kami agak kerepotan di masalah tolak-menolak. Intinya sih, kuatkan hati dan tebalkan muka.. paling maksimal ya menolak lewat whatsapp atau email.. toh mereka juga usaha mencari klien dan kita sebagai klien punya hak untuk memilih-milih :)

5. List plus-minus

Masih melanjutkan tentang vendor.. sebaiknya kita punya list plus-minus yang bisa dipakai untuk merefleksikan kelebihan dan kekurangan dari vendor-vendor yang sudah kita hubungi. 

Entah kenapa, sepanjang persiapan pernikahan kemarin, aku maniak banget bikin list.. semuanya aku tulis di excel dan aku bikin tabel biar keliatan apple to apple; dan terus terang itu sangat membantu. Soalnya kalo nggak ditulis, dan cuma diinget-inget, kadang-kadang banyak poin yang missed. Coba deh, kamu sediakan waktu untuk membuat list perbandingan setiap vendor, bisa di kertas atau di laptop atau di ipad, your eyes will be wide open, dan rasanya lega banget langsung keliatan mana yang lebih oke.. Oh ya, dan kalau kita punya list yang tercatat (bisa diprint atau minimal bisa dilihat secara jelas di layar laptop), hal ini akan lebih mudah dijadikan bahan diskusi dengan pasangan atau orangtua.. :)

6. Siapkan folder khusus print out / dokumen

Aku meniru Monica Geller yang sangat particular masalah organizing things, walaupun aku nggak segitunya amat sih, hehe.

Aku punya satu folder khusus yang isinya print out macam-macam dokumen. Awalnya sih cuma menyimpan gambar-gambar referensi yang kami suka dan juga print out wedding budget kami. Tapi lama-lama jadi keisi macam-macam dokumen penting, seperti dummy undangan, dummy souvenir, surat penawaran, price list, dan bahkan surat kontrak dengan vendor.

Dengan adanya folder ini, kami jadi kebantu banget untuk mencari dokumen-dokumen yang kadang-kadang suka secara nggak sadar aku selipkan di antara buku-buku. Pokoknya setiap terima sesuatu yang berhubungan dengan acara pernikahan, aku selalu masukkan di dalam folder ini, jadi nantinya nggak kalang kabut nyari kalau sedang butuh.

7. Bikin barchart

Persiapan pernikahan itu biasanya rentangnya "bulan", sehingga terkesan punya banyak waktu. Padahal kalau di-rundown --- catatan: kalau kamu bekerja Senin hingga Jumat --- satu bulan itu kita cuma punya 4 kesempatan mikirin pernikahan (yakni: weekend); dan itu terhitung nggak banyak waktu. Kalau untukku, lebih repot lagi, aku nggak bisa tiap weekend ngurusin pernikahan dikarenakan lokasi yang jauh, jadi musti bergantung pada email.

Nah, kemarin aku bikin barchart; sampai tanggal segini, harus udah konfirm apa aja.. sampai bulan segini harus udah bayar apa aja.. dst. Jadi, semuanya aku kontrol supaya nggak kebablasan kelupaan; dan kalaupun minta tolong sama Mama yang di Jakarta, sebisa mungkin aku ingetin tentang apa saja yang harus dilakukan sampai batas waktu tertentu.

8. Rajin blogwalking atau browsing

Baca-baca review dari pengalaman orang tentang persiapan pernikahan mereka, amat sangat membuka mata. Awalnya sih aku cuma baca dari blognya Melur, tapi kemudian setiap aku nemu nama vendor baru, aku langsung googling dan buka blog lain yang punya review pribadi tentang vendor tersebut. Sebisa mungkin sih aku selalu maksimalkan penggunaan google, baik itu nyari alamat, nomer telepon, atau email.

Selain blogwalking, aku juga rajin baca-baca weddingku.com, walaupun aku nggak aktif-aktif banget, tapi aku lumayan jadi silent reader semua review yang relevan dengan persiapan pernikahanku. Ada beberapa vendor yang sukses aku temukan berkat weddingku.com, antara lain vendor undangan, MUA adat, MUA martumpol (acara pertunangan), dan dekorasi adat. Di forum WK juga banyak orang-orang yang bakal menjawab kalau kita mengajukan pertanyaan, pokoknya sangat aku rekomendasikan sign up di weddingku.com, bahkan sampe sekarang aja aku masih seneng baca-baca forumnya.. Hehe.

9. Follow your heart..

Last but not least, semua kembali lagi ke hati masing-masing. Walaupun review udah ciamik, tapi kalau hati berkata lain, saranku sih ikutin kata hati saja.

Aku sempet hampir kemakan review-review dan iming-iming harga lebih murah, tapi pada akhirnya aku ngikutin hati.. dan terbukti, aku nggak menyesal dengan keputusanku :)


---

Segitu aja tips-tips-nya, semoga berguna dan nggak semakin panik dalam persiapannya ya girls! Kalau menghadapi masalah, diselesaikan dengan sabar dan kepala dingin, supaya nggak jadi heboh dan merembet kemana-mana. If I can do it, you can do it as well! :)

xoxo,
n/y